VIVAnews - Sejumlah peneliti asal Kanada yang mempelajari kehidupan ikan paus mencoba membuktikan teori bahwa belut laut yang menempel di tubuh ikan paus hanya sekadar untuk menumpang adalah salah.
Sea lamprey atau Petromyzon marinus (nama belut laut itu), sering terlihat menempel di tubuh ikan paus. Belut ini memiliki mulut serupa corong yang penuh dengan gigi dan lidah seperti silet.
Dari beberapa penampakan, belut itu terlihat menempel di ikan paus bungkuk di kawasan samudera Pasifik. Adapun di kawasan utara Atlantik, ia sering terlihat menempel di paus sikat.
Berdasarkan penampakan yang jarang terjadi itu, beberapa ilmuwan berteori bahwa sea lamprey mencari makan di kulit ikan paus. Sebagian ilmuwan lain berpendapat bahwa sea lamprey menggigit ikan paus agar mereka bisa diantarkan ke tempat-tempat yang jauh yang terpisahkan oleh samudera.
Akan tetapi, setelah diteliti di muara St Lawrence, di mana danau Great Lake bertemu dengan samudera Atlantik di kawasan timur Kanada, peneliti akhirnya mendapatkan jawabannya.
“Lamprey yang menempel ke ikan paus menggigit jauh ke dalam kulit untuk menghisap darah, tidak hanya sekadarn menumpang perjalanan,” kata Ursula Tscherter, Project Director Foundation for Marine Environment Research, seperti dikutip dari BBC, 19 Januari 2010.
Tscherter menyebutkan, banyaknya pemunculan ikan paus minke di kawasan muara St Lawrence memungkinkan penelitian ini dilakukan. “Padahal sebelumnya, menempelnya lintah di tubuh spesies ikan paus ini tidak banyak diketahui,” ucap Tscherter.
Peneliti kemudian mengambil foto saat tubuh ikan paus terlihat, sebelum dan sesudah ditempeli lintah tersebut.
Dari foto-foto yang didapat, terlihat bahwa di tempat yang pernah ditempeli oleh belut itu terdapat luka dan mengeluarkan darah. “Ini merupakan bukti pertama bahwa parasit itu makan dari darah ikan paus,” ucap Tscherter.
Petromyzon marinus, atau sering kali disebut juga sebagai ikan vampir pertamakali ditemukan secara tidak sengaja di kawasan danau Great Lake di tahun 1800-an. Sama seperti ikan salmon, sea lamprey lahir di perairan darat, migrasi ke laut saat dewasa dan kembali ke perairan darat untuk beranak dan mati.
Di sejumlah danau di kawasan utara Amerika, belut atau lintah ini juga telah dianggap sebagai hama. Pada tahun 1930 sampai 1940-an, Petromyzon marinus bertanggungjawab sebagai faktor pemicu anjloknya populasi ikan.
Meski tidak menyerang manusia, akan tetapi pernah terjadi kasus bahwa seorang perenang digigit dan dihisap darahnya oleh petromyzon marinus. Walau tidak sampai mematikan, namun belut ini baru bisa dilepas setelah perenang itu dibawa naik ke darat.
Kini peneliti terus mengamati kehidupan sea lamprey untuk memahami lebih lanjut seputar spesies itu agar dapat mengontrol populasinya yang terus melonjak dan mengancam kelangsungan hidup sejumlah spesies ikan.
Sea lamprey atau Petromyzon marinus (nama belut laut itu), sering terlihat menempel di tubuh ikan paus. Belut ini memiliki mulut serupa corong yang penuh dengan gigi dan lidah seperti silet.
Dari beberapa penampakan, belut itu terlihat menempel di ikan paus bungkuk di kawasan samudera Pasifik. Adapun di kawasan utara Atlantik, ia sering terlihat menempel di paus sikat.
Berdasarkan penampakan yang jarang terjadi itu, beberapa ilmuwan berteori bahwa sea lamprey mencari makan di kulit ikan paus. Sebagian ilmuwan lain berpendapat bahwa sea lamprey menggigit ikan paus agar mereka bisa diantarkan ke tempat-tempat yang jauh yang terpisahkan oleh samudera.
Akan tetapi, setelah diteliti di muara St Lawrence, di mana danau Great Lake bertemu dengan samudera Atlantik di kawasan timur Kanada, peneliti akhirnya mendapatkan jawabannya.
“Lamprey yang menempel ke ikan paus menggigit jauh ke dalam kulit untuk menghisap darah, tidak hanya sekadarn menumpang perjalanan,” kata Ursula Tscherter, Project Director Foundation for Marine Environment Research, seperti dikutip dari BBC, 19 Januari 2010.
Tscherter menyebutkan, banyaknya pemunculan ikan paus minke di kawasan muara St Lawrence memungkinkan penelitian ini dilakukan. “Padahal sebelumnya, menempelnya lintah di tubuh spesies ikan paus ini tidak banyak diketahui,” ucap Tscherter.
Peneliti kemudian mengambil foto saat tubuh ikan paus terlihat, sebelum dan sesudah ditempeli lintah tersebut.
Dari foto-foto yang didapat, terlihat bahwa di tempat yang pernah ditempeli oleh belut itu terdapat luka dan mengeluarkan darah. “Ini merupakan bukti pertama bahwa parasit itu makan dari darah ikan paus,” ucap Tscherter.
Petromyzon marinus, atau sering kali disebut juga sebagai ikan vampir pertamakali ditemukan secara tidak sengaja di kawasan danau Great Lake di tahun 1800-an. Sama seperti ikan salmon, sea lamprey lahir di perairan darat, migrasi ke laut saat dewasa dan kembali ke perairan darat untuk beranak dan mati.
Di sejumlah danau di kawasan utara Amerika, belut atau lintah ini juga telah dianggap sebagai hama. Pada tahun 1930 sampai 1940-an, Petromyzon marinus bertanggungjawab sebagai faktor pemicu anjloknya populasi ikan.
Meski tidak menyerang manusia, akan tetapi pernah terjadi kasus bahwa seorang perenang digigit dan dihisap darahnya oleh petromyzon marinus. Walau tidak sampai mematikan, namun belut ini baru bisa dilepas setelah perenang itu dibawa naik ke darat.
Kini peneliti terus mengamati kehidupan sea lamprey untuk memahami lebih lanjut seputar spesies itu agar dapat mengontrol populasinya yang terus melonjak dan mengancam kelangsungan hidup sejumlah spesies ikan.
0 komentar:
Posting Komentar