KOMPAS.com — Sepertinya, BlackBerry saya mulai masuk ke zaman batu. Sejumlah situs internet yang mengandung unsur pornografi mulai dibinasakan. Bagi saya, sebenarnya ini bukan masalah karena tindakan itu dimaksudkan untuk mendukung kegiatan akses internet sehat.
Ketika membaca berita di Kompas.com berjudul "BlackBerry Termahal Akhirnya Kena Sensor", saya melihat ada ilustrasi foto yang bertuliskan "Situs yang Anda buka tidak bisa diakses melalui jaringan ini. www.playboy.com termasuk dalam situs yang tidak boleh diakses melalui jaringan ini karena terindikasi mengandung salah satu unsur berikut: pornografi, bla-bla-bla…"
Dan, memang benar, saat saya coba akses melalui BlackBerry Torch saya, muncul layar yang sama seperti di foto berita tersebut. Namun, alangkah kagetnya, ketika saya iseng mengakses situs www.playboy.com melalui laptop dengan jaringan internet di rumah. OMG! (baca: ohemji)
Saya masih bisa melihat aksi perempuan-perempuan cantik berbikini ria di situs ini. Bahkan, ada cuplikan video sejumlah artis Hollywood yang mengundang berahi kaum lelaki. Ternyata, bukan situs Playboy yang belum disensor. Situs porno lain yang mungkin berjumlah ribuan atau bahkan jutaan belum disensor pemerintah. Maaf, saya tidak berani mengungkap alamat situs porno lainnya karena nanti dikira promosi. He-he-he....
Ternyata situs internet yang berbasis akses reguler, seperti Speedy, IM2, atau Fastnet, belum sepenuhnya melakukan sensor terhadap situs-situs porno. Kalau ditanya, apakah www.playboy.com adalah situs porno atau bukan? Jawabannya, ya itu pasti. Itu karena user yang mengakses situs tersebut harus orang dewasa atau berusia 17 tahun ke atas.
Dulu, sewaktu saya masih kuliah dan saat itu tarif mengakses internet cukup mahal, situs-situs porno menjadi kegemaran beberapa teman laki-laki. Saat itu sekitar tahun 1998 memang belum ada filter situs porno yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informasi. Mengakses situs porno, termasuk situs Playboy, dilakukan dengan sembunyi-sembunyi di warnet yang memiliki bilik.
Nah, sekarang zaman sudah berubah. Situs internet bisa diakses dengan menggunakan handphone, termasuk BlackBerry. Setiap orang bisa mengakses situs apa pun dan di mana pun. Pernah suatu ketika saya melihat pengunjung kafe tampak serius memencet tombol handphone. Saya pun iseng jalan melintas dari belakangnya. Saya melirik layar ponselnya, dan kembali saya berteriak dalam hati: OMG!
Pria berpenampilan perlente yang berwajah serius tersebut ternyata sedang asyik menonton cuplikan film porno. Memang, saat ini sangat mudah mengakses situs internet, apalagi banyak kafe menambah layanan fasilitas WiFi. Ya, inilah dampak dari teknologi tinggi, tanpa disertai dengan penerapan pelajaran budi pekerti.
Saya sempat khawatir karena akses internet saat ini lebih lambat daripada koneksi bulan lalu. Bisa jadi, ini akibat dampak filter porno yang diterapkan BlackBerry. Meski juru bicara Tifatul Sembiring, Gatot S Dewa Broto, meminta pelanggan BlackBerry tak perlu khawatir, faktanya, Torch saya mulai lemot.
Pemblokiran situs porno di layanan BlackBerry saat ini mulai gencar dilakukan. Apalagi, Pak Menteri Tifatul Sembiring memberi deadline sensor pornografi di BlackBerry tanggal 21 Januari 2011. Apakah teknik penyensoran situs pornografi melalui DNS Nawala akan berlanjut ke ponsel atau koneksi internet basis rumah? Itu kita belum tahu karena kebijakan pemerintah (saat ini) masih pandang bulu. (KOMPASIANA/Jackson Kumaat)
Ketika membaca berita di Kompas.com berjudul "BlackBerry Termahal Akhirnya Kena Sensor", saya melihat ada ilustrasi foto yang bertuliskan "Situs yang Anda buka tidak bisa diakses melalui jaringan ini. www.playboy.com termasuk dalam situs yang tidak boleh diakses melalui jaringan ini karena terindikasi mengandung salah satu unsur berikut: pornografi, bla-bla-bla…"
Dan, memang benar, saat saya coba akses melalui BlackBerry Torch saya, muncul layar yang sama seperti di foto berita tersebut. Namun, alangkah kagetnya, ketika saya iseng mengakses situs www.playboy.com melalui laptop dengan jaringan internet di rumah. OMG! (baca: ohemji)
Saya masih bisa melihat aksi perempuan-perempuan cantik berbikini ria di situs ini. Bahkan, ada cuplikan video sejumlah artis Hollywood yang mengundang berahi kaum lelaki. Ternyata, bukan situs Playboy yang belum disensor. Situs porno lain yang mungkin berjumlah ribuan atau bahkan jutaan belum disensor pemerintah. Maaf, saya tidak berani mengungkap alamat situs porno lainnya karena nanti dikira promosi. He-he-he....
Ternyata situs internet yang berbasis akses reguler, seperti Speedy, IM2, atau Fastnet, belum sepenuhnya melakukan sensor terhadap situs-situs porno. Kalau ditanya, apakah www.playboy.com adalah situs porno atau bukan? Jawabannya, ya itu pasti. Itu karena user yang mengakses situs tersebut harus orang dewasa atau berusia 17 tahun ke atas.
Dulu, sewaktu saya masih kuliah dan saat itu tarif mengakses internet cukup mahal, situs-situs porno menjadi kegemaran beberapa teman laki-laki. Saat itu sekitar tahun 1998 memang belum ada filter situs porno yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informasi. Mengakses situs porno, termasuk situs Playboy, dilakukan dengan sembunyi-sembunyi di warnet yang memiliki bilik.
Nah, sekarang zaman sudah berubah. Situs internet bisa diakses dengan menggunakan handphone, termasuk BlackBerry. Setiap orang bisa mengakses situs apa pun dan di mana pun. Pernah suatu ketika saya melihat pengunjung kafe tampak serius memencet tombol handphone. Saya pun iseng jalan melintas dari belakangnya. Saya melirik layar ponselnya, dan kembali saya berteriak dalam hati: OMG!
Pria berpenampilan perlente yang berwajah serius tersebut ternyata sedang asyik menonton cuplikan film porno. Memang, saat ini sangat mudah mengakses situs internet, apalagi banyak kafe menambah layanan fasilitas WiFi. Ya, inilah dampak dari teknologi tinggi, tanpa disertai dengan penerapan pelajaran budi pekerti.
Saya sempat khawatir karena akses internet saat ini lebih lambat daripada koneksi bulan lalu. Bisa jadi, ini akibat dampak filter porno yang diterapkan BlackBerry. Meski juru bicara Tifatul Sembiring, Gatot S Dewa Broto, meminta pelanggan BlackBerry tak perlu khawatir, faktanya, Torch saya mulai lemot.
Pemblokiran situs porno di layanan BlackBerry saat ini mulai gencar dilakukan. Apalagi, Pak Menteri Tifatul Sembiring memberi deadline sensor pornografi di BlackBerry tanggal 21 Januari 2011. Apakah teknik penyensoran situs pornografi melalui DNS Nawala akan berlanjut ke ponsel atau koneksi internet basis rumah? Itu kita belum tahu karena kebijakan pemerintah (saat ini) masih pandang bulu. (KOMPASIANA/Jackson Kumaat)
0 komentar:
Posting Komentar